Makin Pintar dan Bersahaja di 'Kampung Inggris
Kampung Inggris yang berada di Pare, Kediri, Jawa Timur,
sudah cukup lama dikenal orang sebagai tempatnya kursus Bahasa Inggris yang
murah meriah. Menjelang datangnya musim liburan sekolah, tempat kursus Bahasa
Inggris di sana penuh sesak oleh anak-anak yang datang dari berbagai daerah.
"Pada liburan sekolah yang lalu ada dua bus yang
datang ke sini terpaksa harus pulang, sebab tidak kebagian tempat penampungan.
Karena itu, jika datang dalam jumlah banyak harus pesan dulu," ungkap
Nurul Anwar, pengasuh Pondok Pesantren Al-Maruf, yang berada di Desa
Tulungrejo, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Menurut Nurul Anwar, sebutan Kampung Inggris setidaknya
mencangkup Desa Pelem dan Tulungrejo, yang dikenal mempunyai potensi
pengembangan kursus Bahasa Inggris berbasis lingkungan. Saat ini, menurutnya
telah banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan belajar, terutama
kursus-kursus Bahasa Inggris, yang mulai merambah ke luar Desa Palem dan
Tulungrejo. Perkembangan menurutnya sungguh luar biasa, akibatnya tanah-tanah
di sekitar sini menjadi sangat mahal.
Nurul Anwar memperkirakan bahwa lebih dari 20 buah
lembaga bimbingan belajar menawarkan kursus Bahasa Inggris dengan program
program D2, D1 atau short course untuk mengisi waktu liburan. Menurutnya, setiap
bimbingan kursus mempunyai kelebihan sendiri-sendiri dan ciri khas
masing-masing.
Di Ponpes Al-Maruf, milik Nurul Anwar, misalnya, mereka
yang ingin belajar Bahasa Inggris tidak melulu diajarkan kemampuan berbahasa
saja, namun juga kemampuan agama Islam.
Nurul Anwar memperkirakan bahwa Kampung Inggris bisa
terkenal kemana-mana, bahkan sampai keluar Pulau Jawa, sebab tempat kursus di
sini khas. Tempat pelatihan di sini bisa murah, efisien dan efektif, sebab
melibatkan penduduk sekitarnya.
Murid yang ingin belajar Bahasa Inggris bisa menginap di
rumah-rumah penduduk, yang tarifnya berkisar dari Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu
per orang. Makan dan cuci baju juga bisa dilakukan penduduk, yang otomatis
menggerakkan ekonomi penduduk setempat. Belajarnya pun bisa di teras rumah, di
bawah pohon, atau di bangunan-bangunan yang sederhana. Para pengajarnya juga
tak kalah dengan mereka yang ada ada di kota-kota besar.
Nurul Anwar mengakui bahwa perkembangan Kampung Inggris
yang luar biasa tidak menutup kemungkinan akan datangnya lembaga kursus
bermodal besar yang bisa mengancam penghasilan penduduk setempat. Namun, itu
menurut Nurul Anwar rupanya sudah diantisipasi oleh tokoh setempat, perangkat
desa, dan masyarakat yang selama bergerak dalam bidang kursus-kursus tersebut.
"Intinya, jangan sampai pemodal besar menguasai
kampung Inggris dengan membangun lembaga pendidikan yang mewah. Karena hal itu
tidak saja bisa mengancam penghasilan penduduk setempat, tapi juga bisa
menghilangkan ciri khas Kampung Inggris sendiri," ungkap Ustad Nurul
Anwar.